I.
Membiasakan diri dalam pengelolaan
lingkungan hidup
Lingkungan hidup adalah
suatu kawasan alam yang didalamnya mencakup unsur-unsur hayati dan non hayati
serta hubungan timbal balik antara unsusr-unsur tersebut. Hubungan timbal balik
yang terjadi dalam lingkungan hidup merupakan hubungan yang
fungsional sebab prosesnya berjalan secara harmonis dan stabil antara
komponen-komponen yang berintegrasi.
Lingkungan
hidup dapat dikatakan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Manusia mencari
makan , minum dan kebutuhan hidup lainnya, karena lingkungan hidup
sebagai sumber pertama dan terpenting bagi pemenuhan berbagai kebutuhan.
Lingkungan hidup mempunyai konsep
sentral dalam ekologi yang disebut ekosistem, yaitu mempunyai hubungan
antara komponen-komponen dan bekerja secara teratur sebagai suatu
kesatuan. Tanpa perbuatan atau campur tangan manusia yang berlebihan
sesungguhnya sikuls alam akan tetap. Karena kerusakan oleh alam sendiri, dapat
dikembalikan lagi oleh alan secara alami. Tetapi kerusakan oleh
manusia sulit untuk dikembalikan lagi oleh alam, bahkan tidak mampu
lagi seperti semula.
Ledakan penduduk dan perkembangan
kebudayaan manusia menyebabkan hubungan manusia dengan lingkungan alam
berubah. Dengan bergesernya hubungan tersebut ,merubah wajah
alam dan lingkungan. Perkembangan tehnologi dapat menguasai alam
sesuai dengan apa yang diinginkan manusia, sehingga menuntut permintaan sumber
daya alam yang besar dari jumlah sumber daya alam yang terbatas.
Dalam perkembangan
pembangunan dewasa ini menurut Emil Salim , berbagai
masalah sering timbul apabila tidak mengambil langkah-langkahdikawatirkan akan
terjadi gangguan pada lingkungan. Dampak gangguan pada lingkungan yang
akhirnya merugikan manusia dan seluruh mahluk di dalamnya.
Semakin berkembangnya
industri di berbagai negara , maka masalah lingkungan hidup memerlukan
perhatian beberapa negara industri . Justru masalah lingkungan hidup ini
timbul berkaitan dengan demngan kemajuan ekonomi di negara – negara
industri . Masalah lingkungan hidup bukan hanya dirasakan oleh negara-negara
maju saja , bahkan bagi negara-negara berkembang lebih para didera oleh
masalah lingkungan hidup ini. , karena masayarakatnya masih miskin . Jelasnya,
kemiskinan penduduk menimbulkan masalah lingkungan hidup, sebagai contoh
penduduk miskin disekitar hutan merusak lingkungan dengan menebangi hutan untuk
mencari nafkah hidup.
Unsur-unsur Lingkungan
Unsur-unsur
lingkungan ialah faktor-faktor yang membentuk lingkungan. Unsur-unsur pembentuk lingkungan itu dibedakan 3 masam yaitu :
Unsur Fisik
Ialah
faktopr pembentuk lingkungan yang berasal dari alam atau berasal dari
lingkungan itu sendiri yang terbentuk secara alamiah.
Unsur
biotik
Ialah faktor mahluk hidup yang akan membentuk sustu
lingkungan , yaitu : manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Budaya
Ialah faktor kehidupan sosial dan budaya masyarakat yang mencerminkan kebiasaan dan ciri khas suatu
daerah. Contohnya : kebiasaan menurunkan adat dan istiadat kepada generasi
berikutnya , seperti di Bali kebiasaan menari diwariskan
secara turun menurun.
A. Arti Pentingnya Lingkungan Bagi
Kehidupan
Lingkungan sangat penting bagi
kehidupan manusia karena didalamnya lingkungan itu terdapat mahluk hidup dan
mahluk tak hidup yang saling bergantungan. Jika lingkungan hidup tidak
terpelihara maka akan menyebebkan bencana bagi
penghuninya . Contohnya bencana alam yang sering terjadi akibat lingkungan
hidup yang tidak terpelihara. Selain bencana alam , wabah penyakit juga sering
timbul melanda lingkungan hidup yang
tidak terpelihara.
Manusia
selalu memanfaatkan sumber daya alam lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang identik dengan istilah pembangunan.
Pmebangunan yang terus berjalanselalu
memanfaatkan lingkungan baik langsung maupun tidak langsung. Meskipun
perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Tehnologi dapat mengatasi batas hambatan yang
ditimbulkan alam, tetapi kenyataannya masalah dan kerusakan lingkungan sulit
dihindari sehingga mengganggu dan mengancam keberadaan manusia dan habitat
penghuninya.
1. Membiasakan diri menata dan memelihara lingkungan
A.
Usaha Pelestaraian Lingkungan Hidup
Makin terancam suatu lingkungan
hidup karena peratambahan penduduk
dengan segala kebutuhannya, maka giatlam nanusia berusaha memulihkan hubungan keseimbangan
dan keselarasan ekologi. Manusia mulai sadar lagi keberadaanya
terancam dalam melangsungkan kehidupannya. Bentuk nyata dari
usaha dalam memulihkan hubungan manusia dengan liongkungannya harus diwujudkan
untuk menghindari dan mencegah masalah-masalah dan kerusakan liongkungan. Manusia dalam memanfaatkan lingkungan perlu pendekatan ekologi agar lingkungan tetap lestari.
Pendekatan
ekologi adalah dalam pembangunan dengan memperhatikan unsur-unsur lingkungan sebagai sumber daya dalam menjalankan pembangunan yang sedang dilaksanakan Kelestarian lingkungan dalam hal ini bukannya lingkungan yang
dilestarikan, tetapi kemampuan fungsi lingkungan
yang dilestarikan. Jadi lingkungan dapat berubah dalam proses pembangunan ,
tetapi fungsi lingkungan harus tetap terpelihara secara utuh.
Contoh usaha pelestarian lingkungan hidup antara lain meliputi :
Dengan
menggalakkan program penghijauan dan reboisasi.
Meningkatkan usaha kebersihan ,
penanganan sampah, dan keindahan kota dan desa.
Meningkatkan kesadaran
masayarakat terhadap masalah lingkungan hidup dengan pendidikan lingkungan hidup
lewat jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah.
Melaksakan Undang-undang
Lingkungan hidup No. 4 Tahun 1982 secara
konsekwen.
Mencegah kerusakan hutan dengan pelarangan terhadap penebangan hutan yang
sembarangan, praktek ladang berpindah, dan menindak pemegang HPH yang nakal.
Adanya
suatu peraturan dan pengaturan tentang izin
mendirikan industri yang ramah lingkun gan.
Usaha
mengurangi atau memperkecil dampak pencemaran lingkungan.
Usaha
mencegah bahaya banjir dan erosi secara terpadu meliputi : penanganansampah yang baik,
pengerukan pada sungai-sungai yang dangkal, pembuatan terrasering pada lahan
miring, pembuatan tanggul-tanggul disungai
yang rawan banjir, pembuatan kanal – kanal , dan pembauatan bendungan .
Pemurnian
kotoran dan limbah industri.
B. Hakekat Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Masalah pembangunan dan
pengembangan lingkungan hidup adalah rutin dan
komplek. Karena itu sulit ditanggulangi dan
harus ditangani oleh pemerintah dan masayarakat . Untuk itu perlu adanya kesadaran
pelaksanaan program dan pemahanan tentang
apa yang mau dicapai dan harus mendorong masyarakat untuk membangun pengembangan
lingkungan. Pembangunan yang dilaksanakan harus dengan pendekatan ekologis,
dimana pembangunan yang memperhatikan kelestarian dan menghindari kerusakan
lingkungan yang sangat diperlukan dalam
menjalankan roda pembangunan , dengan pembangunan berwawasan lingkungan hidup .
Pembangunan berwawasan lingkungan hidup diterapkan dengan tujuan untuk
mengolah sumber daya alam secara bijaksana . Hal
ini agar pembangunan yang dilaksanaikan dapat menopang pembangunan yang
berkelanjutan bagi peningkatan kualitas hidup dari generasi kegenerasi.
Hakekat pembangunan berwawasan lingkungan ialah
pembangunan yang terus dilaksanakan sebaik-baiknya, sehingga tidak terjadi
pengaruh-pengaruh yang merugikanbagi lingkungan.
Ciri-ciri pembangunan berwawasan lingkungan hidup ,
antara lain :
Pembangunan
harus direncanakan dengan baik dan dipertimbangkan dampaklingkungan yang merugikan.
Pembangunan harus mempertibangkan
aspek-aspek lingkungan.
Dalam melakukan pembangunan harus
diikut sertakan usaha pelestariannya.
B.
Arah Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan ,merupakan proses
yang berkesinambungan dan manfaatnya dirasakan tidak hanya untuk generasi
sekarang saja, tetapi juga untuk generasi mendatang.Usaha pembangunan
berkelanjutan mengandung pengertian mengusahakan pelestarian, keutuhan fungsi
lingkungan hidup seiring dengan usaha pembangunan secara menyeluruh.Pembangunan
yang dilaksanakan hendaknya menganduing beberapa arah antara lain :
1. Menciptakan
iklim yang merangsang pembangunan industri di
negara berkembanguntuk menggeser tekanan
pembangunan dari sumber alam kehutanan atau
tanah menuju pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknolofgi.
2. Mengembangkan
sistem perdagangan internasional untuk
mendorong ekspor barang dan jasa diproses guna memperoleh nilai tambah yang
meningkat dan mengurangi tekanan pada alam
sebagai sumber bahan mentah.
3. Mengembangkan
pariwisata lingkungan , yakni kegiatan pariwisata kedaerah-daerah yang
mempunyai ciri lingkungan khas untuk mendorong timbulnya sifat
kenal lingkungan dan cinta lingkungan.
4. Mengusahakan
dunia internasional menanami kembali hutan-hutan tropis dan
menetapkan sistem tebang pilih dalam mengeksploitasi hutan produksi.
5. Mengusahakan
pengembangan keanekaragaman hutan hayati ditempat hutan asli dan diluarnya untuk menjaga
kelangsungan hidup tumbuh-tumbuhan dan satwa ,
menciptakan bibit-bibit unggul bakal sumber obat –obatan, pangan dan industri
di masa depan.
C.
Pembangunan Industri Ramah Lingkungan
Dalam pembangunan industri harus dikaji ulang berbagai pendekatan dan
metode industrialisasi dengan memperhatikan lingkungan.
Pendekatan yang seharusnya mengarah
pada pembangunan industri yang ramah lingkungan , yang merupakan industri
bertumpu pada manajemen yang melalu memeperhatikan kaidah
kelestarian lingkungan.
Pembangunan
industri dewasa ini telah banyak menimbulkan masalah lingkungan , seperti :
menipisnya hutan dan bahan galian , terbentuknya
bahan buangan limbah, kebisingan , dan sebagainya. Berpedang dari ketentuan
pembangunan berkelanjutan, maka industri diarahkan agar mempekecil dapat
negatif kepada liongkungan melalui upaya
pelestarian sumber daya alam dan pengendalian pencemaran.
Dinegara-negara
maju penerapan industri ramah lingkungan sudah dilaksanakan setelah mengetahi dan merasakan sendiri dampak yang
ditimbulkan dan industrialisasi. Misalnya hujan asam yang membuat pencemaran
dan rusaknya lingkungan hidup di danau-danau besar Amerika Serikat dan Canada ,
bocornya reaktor nuklir Cernobybe Rusia yang mengancam kehidupan bangsa Eropa,
Asap hitam di Brimingham Inggris yang
mengganggu peranapasan, dan sebagainya.
Masalah
lingkungan hidup merupakan masalah global , artinbya
masalah lingkungan hidup yang terjadi juga dapat dirasakan dinegara lain di muka bumi ini , contoh kebakaran hutan Kalimantan
Dan Sumatera dampaknya juga dirasakan negara tetangga Singapura dan Malaysia.
Masalah lingkunga dunia ini akan banyak
menimbulkan kekawatiranpenghuninya , sehingga muncul beberapa gagasan ahli
lingkungan dunia untuk salaing bersama-sama saling memecahkan atau memngurangi masalah
lingkungan. Gagasan bersama para ahli
dunia diwujudkan dengan konfrensi lingkungan hidup dunia di Stockhom Swedia tahun 1972. Dua puluh kemudian ditindak lanjuti
dengan konfrensilingkungan hidup dunia di Rio De
Jainero Brasil tahun 1992 , yang dihadiri pemimpin negara-negara didunia dan
dikenal dengan konfrensi bumi. Dari peristiwa tersebut setiap tanggal 14 juni sebagai hari bumi. Setelah itu sepuluh tahun
kemudian tahun 2002diadakan lagi konfrensi
bumi di Johannesborg Afrika Selatan.
Pembangunan
industri ramah lingkungan harus
memperhatikan banyak hal yang mengarah pada segala
sepak terajangnya dan memacu pada kelestarian lingkungan serta tidak ada upaya merusak hutan. Misalnya industri yang ada dan pendirian induistri baru harus lolos
dalam kelayakan rencana industri dari lingkungan atau analisa dampak lingkungan
(ANDAL). Industri harus juga memiliki sarana pembuangan limbah dan cerobong asab serta
penetralisirnya terhadap masalah lingkungan yang ditimbulkan.
Memang jika
dilihat hal ini dianggap pengelolaan limbah
adalah sepele
atau mudahtetapi dampaknya sangat besar terhadap lingkungan
secara global. Dari segi haban baku hendaknya industri mengurangi atau meninggalkan jenis bahan yang merusak lingkungan
seperti : gas CFC,feom,Neon, Metanol ,Plastik dan sebagainya. Seharusnya pemerintah saat ini melarang industri yang memproduksi barang-barang yang menambah kerusakan lingkungan
secara umum.
Industri yang ramah lingkungan , dalam pendiriaanya tidak hanya
memperhatikan kaidah ekonomi, tetapi harus adanya perubahan sentra industri
(sentralisasi industri) untuk dirubah dengan adnya pembatasan pendirian
industri didaerah tertentu. Selanjutnya
duiperlukan daerah penyanggah yang bebes industri dan adanya
keseimbangankeberadaan industri dengan
mengalihkan daerah yang masih kosong atau di pedesaan , sehingga antara desa
dan kota terjadi pembagian pemerataan industri, misalnya di pedesaan terdapat industri kecil dan di kota besar terdapat
industri lanjutan yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Dengan
dwemikian akan saling mendukungdan
melengkapi , agar indonesia menjadi negara industri yang tangguh sebagai
perwujudan dari pembangunan yang berwawasan liongkungan.
Dalam melaksanakan pembangunan
harus memperhatikan unsur-unsur lingkungan hidupagar pembangunan dapat
dilaksanakan berkelanjutan. Pelaksanaan pembangunan yang baik dengan
memperhatikan keadaan lingkungan turut membinan keadaan lingkungan agar tetap
lestari, serta tidak mengganggu keberadan lingkungan.
Pembangunan
berusaha meniadakan kemelarata dan
sekaligus mengembangkan lingkungan hidup. Pembangunan yang sekaligus juga
memengembangkan lingkungan , akan menjamin kegairaan hidup masyarakat yang dapat dirasakan pula kelak untuk generasi
mendatang.Oleh karena itu seluruh manusia Indonesia harus turut berusaha melestarikan lingkungan yang sangat berarti bagi
kehidupan generasi di masa mendatang
Memang
banyak sekali cara untuk mengatasi permasalahan lingkungan saat ini, namun hal
paling utama, menurut hemat penulis adalah menata terlebih dahulu pelakunya,
yaitu diri pribadi individu sebagai pelaksana. Karena kuncinya adalah pada
setiap diri individu si pelaksana itu sendiri. Proses penataan diri sendiri
dapat berupa pendisiplinan diri, kesadaran akan kelestarian lingkungan,
kepedulian akan lingkungan itu sendiri, sehingga setidaknya si individu itu
memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitarnya.
·
Pendisiplinan Diri
Pendisiplinan diri maksudnya setiap individu memiliki andil akan kelestarian
lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, tiap-tiap individu itu berhak dan
berkewajiban untuk menjaga lingkungan di sekitarnya, seperti tidak membuang
sampah sembarangan, melek sampah yang mana yang dapat di daur ulang dan mana
yang tidak bisa, efisien di dalam menggunakan aneka produk yang bersumber
langsung dari alam seperti kertas atau bahan bakar yang dihasilkan dari minyak
bumi atau fosil.
Disiplin diri juga dapat diterapkan di dalam pola kehidupan sehari-hari
khususnya di dalam penyediaan kebutuhan sehari-hari, seperti selalu membeli
produk yang dapat didaur ulang atau kemasan isi ulang, membeli barang-barang
yang hemat energi bahkan lebih baik jika hemat energi. Dan masih banyak lagi
hal sepele yang dapat dilakukan sehari-hari di dalam upaya menjaga kelestarian
alam dan lingkungan.
·
Kesadaran akan Lingkungan
Sekitar
Menumbuhkan kesadaran akan kelestarian lingkungan adalah tindakan bijak yang
dapat dan harus ada di dalam diri setiap orang. Menurut catatan sejarah, hanya
ada satu umat dan spesies di muka bumi ini yang menghancurkan lingkungan dan
menghilangkan keseimbangan alam tempat setiap makhluk hidup tinggal dan
berkembang biak, yaitu manusia. Oleh karena itu, kunci keselamatan alam dan
lingkungan adalah manusia itu sendiri, yaitu dengan menumbuhkan kesadaran akan
kelestarian lingkungan sekitar.
Menumbuhkan kesadaran manusia akan kelsetarian lingkungan
hidup bukanlah perkara yang mudah karena bersinggungan dengan faktor
kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan tertentu, yang pada akhirya
berujung pada permasalahan materi. Jelas sudah bahwa kesadaran akan kelestarian
lingkungan hidup musnah tergadaikan oleh kepentingan pribadi dan golongan yang
berujung pada keuntungan materi.
Menumbuhkan kesadaran diri manusia akan pentingnya
kelestarian lingkungan hidup adalah pekerjaan yang boleh dibilang sulit dan
berat, namun bukan berarti tidak patut diusahakan dan terus dicoba. Salah satu
upaya yang dapat ditempuh adalah dengan memberikan pengarahan dan pembelajaran
akan pentingnya kelestarian hidup sejak dini lewat lingkungan sekolah, alangkah
lebih baik jika pihak rumah pun ikut membantu. Sehingga pengajaranpun
tersampaiakn secara maksimal.
·
Kepedulian terhadap
Lingkungan Hidup
Peduli terhadap lingkungan hidup berarti peduli akan kelestariannya serta
keseimbangannya. Banyak hal yang dapat dilakukakan sebagai wujud kepedulian
kita terhadap lingkungan hidup, yaitu di antaranya dengan mengrurangi
eksploitasi lingkungan tersebut, seperti tidak menebang hutan secara
sembarangan, mengalihfusngikan tatanan lingkungan yang memiliki manfaat bagi
keseimbangan alam. Rasa kepedulian ini bukanlah suatu hal yang mahal atau sulit
dilakukan hal tersebut dapat dilakukan setiap hari di dalam kehidupan kiita dan
dapat dilakukan dengan melakukan hal-hal kecil, sperti tidak membuang sampah
sembaranga, membuang sampah arus selalu pada tempatnya. Selain itu, menanam
pohon di pekarangan rumah sendiri, bisa pohon apa saja yang penting dapaat
menambah kesejukan di bumi, khususnya di lingkungan tempat tinggal sendiri.
Bila diperhatikan keadaan lingkungan di sekitar kita
telah memasuki tahapan yang sangat memprihatinkan, contohnya kadar polusi di
kota-kota besar di seluruh Indonesia sungguh memprihatinkan, bahkan telah
melewati batas maskimum yang telah ditetapkan oleh WHO, hal tersebut dilihat
dari kadar udara kotor perkotaan dan kadar timbal di dalam darah masyarakat
Indonesia khususnya yang tinggal di daerah perkotaan yang sekitar 40%-nya
memiliki kadar timbal yang memprihatinkan. Belum lagi berbagai permasalahan
lingkungan lainnya yang jelas-jelas merugikan manusia dan spesies lainnya.
Melihat fenomena tersebut, maka perlu adanya kesadaran manusia dan kepedulian mereka
akan keberlangsungan kelestarian lingkungan hidup. Oleh karena itu, manusia
sebagai makhluk dominan yang memiliki mandat untuk menjaga kelestarian
lingkungan hidup, khususnya masyarakat Indonesia sudah saatnya untuk berbenah
diri dan mulai peduli terhadap lingkungan sekitar demi keberlangsungan hidup di
masa depan.
Beraksi Melestarikan Lingkungan
Untuk
itu, orang tua maupun anak-anak perlu mendisiplinkan diri dalam menjaga
kelestarian bumi. Dengan menjaga kelestarian dan keberlanjutan lingkungan hidup,
sebuah keluarga akan menyumbang sesuatu untuk bumi tercinta dan mendapatkan
manfaatnya.
Meningkatkan kualitas
pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar rumah, berarti juga:
Meningkatkan kualitas lingkungan hidup planet
bumi.
Kondisi kehidupan keluarga lebih nyaman dan
kondusif bagi perkembangan anak-anak.
Kesehatan keluarga dan anak-anak lebih
terjaga.
Dengan mengurangi, mendaur ulang, mengganti
dan menghemat penggunaan sumber daya alam dan energi bagi kehidupan keluarga,
keuangan keluarga lebih mudah diatur dan dihemat.
Terhindar dari dampak negatif kerusakan
lingkungan, salah satunya bau busuk sampah yang tak terurus.
Yang dapat orang tua lakukan :
Mengurangi penggunaan alat listrik yang
menggunakan Freon (AC, Kulkas, dan sebagainya) karena Freon adalah salah satu
penyebab lapisan ozon di atas permukaan bumi yang berfungsi sebagai penahan
papparan sinar matahari.
Berhemat dalam penggunaan listrik, air, tisu,
kertas, serta produk lain yang banyak mengkonsumsi sumber daya alam dalam
proses produksinya.
Membiasakan hidup bersih dalam berbagai
kesempatan. Misalnya tidak membuang sampah sembarangan.
Pilih alat rumah tangga yang ramah
lingkungan. Misalnya televisi dengan monitor layar datar yang hemat energi.
Manfaatkan fasilitas antar jemput sekolah
anak, untuk mengurangi polusi akibat penggunaan mobil pribadi.
Pastikan untuk mematikan barang-barang
elektronik secara tuntas
Kurangi mengonsumsi makanan yang dibekukan,
karena pembuatannya membutuhkan 10 kali lipat lebih besar dari makanan biasa.
Memberikan pendidikan dini kepada anak
terkait pemanasan global dengan cara menyenangkan, salah satunya dengan ‘nonton
bareng’ film bertema lingkungan.
Melibatkan diri dan mengajak anak ikut
terlibat dengan salah satu organisasi lingkungan hidup di Indonesia misalnya
WALHI, WWF, Greenpeace dan sebagainya
Yang dapat anak lakukan :
Mengurangi jajan/membeli produk makanan dan
minuman dengan kemasan plastik.
Dengan demikian penggunaan kemasan plastik
yang tidak dapat didaur ulang dapat dikurangi .plastik terbuat dari campuran
bahan kimia, yang sulit diurai atau dihancurkan secara alami.
Menyayangi mahluk hidup, baik hewan maupun
tumbuhan untuk menjaga keseimbangan alam.
Biasakan anak menghemat penggunaan listrik,
dengan tidak menyalakan lampu, televisi dan alat
elektronik
lainnya jika diperlukan.
Mengurangi penggunaan kertas. Misalnya,
dengan menggunakan kembali sisi belakang kertas yang
telah
dipakai. Kayu sebagai bahan baku kertas, telah menyebabkan berkurangnya luasan
hutan, sehinggga volume gas-gas karbon diudara makin bertambah.
Menerapkan konsep ‘reduksi’ (mengurangi),
’recyle’(mendaur ulang), ‘re-use’(menggunakan kembali), dan mengganti
penggunaan bahan-bahan tak ramah lingkungan. Misalnya, membeli produk makanan
atau minuman yang menggunkan kemasan ramah lingkungan, dan sebagainya.
Libatkan anak dalam mengelola kualitas
lingkungan sekitarnya, seperti menata cahaya ruangan,
mengatur
ventilasi udara, melakukan dan memelihara penghijaun, memelihara dan memelihara
fasilitas sanitasi.
Minta anak menghabiskan makanannya.
2. Membiasakan diri
menata dan memelihara sanitasi lingkungan.
Sanitasi
lingkungan
Sanitasi merupakan salah satu komponen
dari kesehatan lingkungan, yaitu perilaku yang disengaja untuk membudayakan
hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan
bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia.
Dalam penerapannya di masyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air,
pengelolaan limbah, pengelolaan sampah, kontrol vektor, pencegahan dan
pengontrolan pencemaran tanah, sanitasi makanan, serta pencemaran udara.
Belum optimalnya sanitasi di Indonesia ditandai dengan masih tingginya angka
kejadian penyakit infeksi dan penyakit menular di masyarakat. Pada saat
negara lain pola penyakit sudah bergeser menjadi penyakit degeneratif,
Indonesia masih direpotkan oleh kasus demam berdarah, Diare, Kusta,
serta Hepatitis A yang seakan tidak ada habisnya.
Sanitasi sangat menentukan
keberhasilan dari paradigma pembangunan kesehatan lingkungan lima tahun ke
depan yang lebih menekankan pada aspek pencegahan (preventif) daripada aspek
pengobatan (kuratif). Dengan adanya upaya preventif yang baik, angka
kejadian penyakit yang terkait dengan kondisi lingkungan dapat dicegah.
Selain itu anggaran yang diperlukan untuk preventif juga relatif lebih
terjangkau dari pada melakukan upaya kuratif.
Anggaran pemerintah untuk kesehatan lingkungan masih relatif minim. Dari
anggaran yang masih minim tersebut, sanitasi tidak berada di urutan yang
dijadikan prioritas utama. Besarnya investasi untuk pengembangan sanitasi
diperkirakan hanya Rp20/orang/tahun, lebih rendah dari yang dibutuhkan sebesar
Rp40,000/orang/tahun. Buruknya sanitasi ini menyebabkan kerugian terhadap
ekonomi Indonesia sebesar 6,3 milyar dolar AS setiap tahun pada tahun 2006,
ini setara dengan 2.3% Produk Domestik Bruto (PDB) kita.
Pemerintah juga bekerjasama dengan beberapa negara berkembang untuk
meningkatkan fasilitas sanitasi dan kondisi penyediaan air bersih, khususnya
di daerah pedesaan. Sangat miris rasanya jika kita masih memerlukan dana
negara lain untuk membangun sanitasi di negeri sendiri.
Selain pemerintah, masyarakat juga memiliki peran yang sangat penting untuk
menciptakan lingkungan yang sehat. Saat ini masih banyak masyarakat yang
belum sadar akan pentingnya sanitasi. Salah seorang praktisi kesehatan
lingkungan menyatakan bahwa di pelosok desa masih ditemui masyarakat yang
lebih memilih untuk buang air besar (BAB) di sawah daripada membangun WC
untuk menjaga kesehatan diri dan lingkungan sekitarnya.
Mind set masyarakat seperti itulah yang perlu diubah. Sanitasi bukan hanya
kewajiban, tetapi suatu kebutuhan akan kesehatan lingkungan. Kita tentu tidak
ingin dikenal sebagai sebuah negara yang warganya masih BAB
(buang
air besar) sembarangan, seperti dikatakan Menteri Pekerjaan Umum Djoko
Kirmanto, yang menargetkan bebas BAB pada akhir tahun 2014. "BAB saja
masih sembarangan, apa kata dunia?.
3. Membiasakan diri dalam
pemeliharaan dan pemilihan
pohon/tanaman pada lingkungan
|
Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis untuk ditanam:
1. Tujuan penanaman
2. Jenis potensial dan tersedia
3. Jenis yang bisa tumbuh di lokasi
|
|
Tujuan penanaman misalnya
:
1. Untuk penghara industri
2. Untuk pemanfaatan domestik
3. Perlindungan lingkungan
4. Bagian integral pembangunan pedesaan.
Dalam pemilihan dan penanaman jenis pohon dalam agroforestri dikenal istilah
”Domestikasi Pohon”. Domestikasi pohon agroforestri adalah usaha percepatan
dan evolusi yang dipengaruhi oleh manusia yang membawa jenis-jenis tertentu
ditanam secara luas melalui kebutuhan petani atau proses arahan pasar.
Domestikasi pohon meliputi serangkaian kegiatan-kegiatan eksplorasi dan
pengumpulan populasi genetik alam atau antropogenik, evaluasi dan seleksi
jenis dan provenan yang sesuai, pengembangan teknik pengelolaan, pemanfaatan
dan pemasaran hasi pohon dan pembangunan dan penyebaran informasi teknis
(Suryanto et al, 2005).
Dalam sistem agroforestri pohon-pohonan memberikan penutup secara permanen,
dengan demikian dapat lebih banyak menggunakan energi matahari. Pohon-pohonan
dapat memperkaya tanah dengan seresah yang gugur diatasnya, dan dapat juga
merubah iklim mikro.
Keuntungan-keuntungan lainnya yang bisa didapat dengan penanaman
pohon-pohonan:
1. memberikan diversifikasi hasil. Disamping buah dapat juga dimanfaatkan
kayunya
2. memberikan jaminan terhadap kegagalan hasil, kerena pohon-pohonan
merupakan 'modalberdiri'
3. berpengaruh baik terhadap tata air
4. mengurangi terjadinya suhu-suhu ekstrim, baik di udara,dalam tanah, dan
dalam batang dan daun,
sehingga meningkatkan produktivitas tanaman pertanian
5. dapat mengurangi kerusakan-kerusakan terhadap tanaman pertanian yang disebabkan
oleh hujan yang deras
Peningkatan
produktivitas sistem agroforestri dapat dilakukan melalui diversifikasi hasil
dari komponen yang bermanfaat, dan menurunkan jumlah masukan atau biaya
produksi. Contoh upaya penurunan masukan dan biaya produksi yang dapat
diterapkan dalam sistem agroforestri : Penggunaan pupuk nitrogen dapat
dikurangi dengan pemberian pupuk hijau dari tanaman yang bersimbiosis dengan
bakteri penambat nitrogen.
Kandungan nitrogen di udara sebanyak ± 78%, tetapi nitrogen ini tidak dapat
langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Tanaman tertentu bersimbiosis dengan
bakteri penambat Nitrogen Rhizobium
dan Frankia yang mampu
mengikat nitrogen dari udara dan menyediakannya bagi kebutuhan tanaman.
Beberapa Jenis pohon yang bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen
adalah: Acacia auriculiform, Acacia
mangium, Paraserianthes falcataria, Casuarina equasetifolia, Erythrina
variegata L, Intsia bijuga, Intsia palembanica, Intsia ambonensis, Tamarindus
indicus Linn, Pterocarpus indicus Willd, Inocarpus fagifer, Pongamia pinnata,
Gliricidia sepium dan Leucaena
leucocephala.
Di samping jenis yang bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen,
jenis-jenis lain seperti Artocarpus
elasticus, Artrocarpus interger, Anthocephalus chinensis, Urophyllum
polyneurum, Macaranga gigantea, dan Macaranga winkleri adalah sumber-sumber nitrogen yang baik,
karena daunnya
berkadar nitrogen yang tinggi.
Kadar phosphorus yang tinggi terdapat pada daun Artocarpus interger, Anthocephalus
chinensis, Cananga odorata, Lindera
lucida, Nephelium lappaceum, Pithecellobium microcarpum dan Symplocos fasciculata sedangkan
potassium dengan kadar tinggi terdapat pada daun Artocapus elasticus, Artocarpus interger,
Bridelia glauca, Eusideroxylon zwageri, Lindera lucida, Nauclea orientalis,
Payena lucida dan Saurauia
subcordata.
Kadar calcium yang tinggi didapat pada Artocarpus
elasticus, Bridelia gluaca, Cananga odorara, Cratoxylum sumatranum, Duabanga
molucanna dan Symplocos fasciculata, sedangkan kadar magnesium yang
tinggi didapat pada Cananga odorata,
Macaranga gigantea, Macaranga winkleri, Saurania subcordata dan Symplocos
fasciculata. Jenis- jenis ini dapat digunakan untuk memperbaiki
tanah-tanah rusak/kritis.
Untuk mengingatkan kita bahwa lahan untuk
tanaman telah hampir punah oleh bangunan - bangunan pemukiman, pencemaran
udara,lahan pertanian yang sekarat karena
tiada pohon sebagai pelindung, luas
hutan
yang semakin menyusut, digantikan
oleh
lahan yang rawan akan bencana alam dan banyak lagi hal - hal yang
seharusnya
ada
pohon sebagai penata alam yang sepadan, kini tiada lagi. Maka alangkah
baiknya bila kita sedikit melangkan waktu
dan niat untuk menanam dan merawat
pohon.
1. MENCARI LAHAN
Lahan bisa bertempat di lahan milik ( halaman rumah, kebun masyarakat atau
milik perusahaan / lembaga dan lahan negara, dimana kepemilikan dan
pengelolaannya dibawah pengawasan pemerintah ). Lahan yang dipilih untuk
penanaman harus dijamin tidak akan berubah peruntukannya dalam jangka
panjang. Pertumbuhan pohon - pohon apalagi di lahan hutan memerlukan
waktu yang panjang ( diatas 10 tahun ) untuk dapat terciptanya ekosistem
hutan yang baik dan berfungsi optimal. Jadi pikirkan dengan matang agar
penanaman pohon bukan sekedar seremonial.
2. BIBIT YANG TEPAT
Setelah ditemukan lokasi yang cocok, langkah berikutnya adalah memilih jenis bibit
yang akan ditanam. Jenis - jenis yang akan ditanam adalah sesuai dengan
kondisi lahan, peruntukan dan fungsi bagi lingkungan. Bila ingin lingkungan
kita teduh maka pilihlah jenis pohon yang daunnya rindang dan perawakannya
besar seperti Trembesi, Flamboyan, Kersen atau Beringin. Pada
lahan yang kurang subur, pohon Sengon dan Akasia bisa bertahan
hidup.
Bila menginginkan kita bisa menikmati panen buah, maka tanamlah pohon buah -
buahan seperti Mangga, Alpukat,
Rambutan, Durian, dll. Namun, jangan menanam Durian di tempat
dengan lalu lintas yang ramai karena kalau buahnya jatuh bisa membuat orang
celaka. Bila untuk jalur hijau pinggiran jalan, carilah jenis pohon yang
buahnya kecil - kecil, tidak banyak daun rontok, cepat tumbuh dan bisa juga
yang memiliki bunga seperti Angsana,
Kersen, Malabar, Bungur, Flamboyan, Asam Jawa dan lain - lain. Ingat
tanaman pinggir jalan jangan yang akarnya menonjol ke permukaan tanah karena
akan merusak jalan dan membahayakan pengguna jalan.
3. MEMBUAT LUBANG TANAM
Bibit yang sudah dipilih, kini saatnya siap ditanam. Sediakan lubang tanam
yang dibuat sehari sebelum penanaman ( sebaiknya ). Langkah ini dilakukan
agar suhu udara didalam dan diatas permukaan tanah tempat penanaman stabil
sehingga dapat membantu mengurangi stess pada tanaman. Tanaman yang stress
akan sulit beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Lubang tanam dibuat
minimal 20 cm x 20 cm ( sesuai besar bibit ) dengan kedalam 30 cm – 40 cm (
sesuai media dan bentuk akar ). Pada awal penanaman perlu ditambahkan pupuk
kandang atau kompos untuk membantu menambah hara atau nutrisi bagi “penghuni
baru” bumi.
4.
WAKTU MENANAM
Pelaksanaan penanaman hendaknya dilakukan mulai jam 07.00 - 09.00 dan 17.00 –
18.00 ( tergantung Waktu setempat, WIB / WITA / WIT ), karena pada jam
- jam tersebut suhu permukaan tanah tidak terlalu tinggi dan stabil sehingga
dapat menghindari stres pada bibit tanaman. Apabila tidak memungkinkan
menanam pada waktu tersebut dapat dilakukan pada jam yang lain, namun setelah
ditanam segeralah membuat naungan untuk menghindari terik matahari yang
menerpa bibit yang dapat membakar hijau daun tanaman. Bibit yang terbakar
terik matahari menyebabkan klorofil daun tidak dapat melalukan
fungsinya dalam proses fotosintesis dan menyebabkan tanaman bisa mati
dalam waktu cepat.
5.
MENANAM BIBIT POHON
Bibit yang akan ditanam terlebih dahulu dilepaskan dari kantung - kantung
media tumbuhnya ( polybag ) kemudian ditanaman bersama media
tumbuhnya. Saat melepas polybag perlu tindakan yang hati - hati agar media
tumbuhnya tidak rusak, Tanaman ditempatkan pada posisi tegak agar proses
pertumbuhan dapat berkembangan dengan baik dan bila perlu disanggah dengan
bambu. Lalu tutup lubang tanaman dengan memasukkan tanah galian dan menekan
secara perlahan di sekeliling tanaman sampai bibit dapat berdiri dengan baik.
Lalu berdoalah agar Tuhan menjaga tanaman kita.
Setelah bibit ditanam sebaiknya diberi ajir / patok penanda atau dipagari.
Pemberian ajir bukan hanya menandakan bibit itu ditanam seseorang
bukan bibit dari anakan alam. Ajir atau patok yang dipasang
pada bibit punya efek psikologis bahwa tanaman itu ekslusif / istimewa
/ berharga dan masih dalam tahan pemeliharaan awal, perlu banyak perhatian.
6.
RAWATLAH DENGAN CINTA
Seperti seorang bayi yang baru lahir, tanpa daya dan kemandirian. Bayi
itu coba kita rawat sebentar hingga bisa berbicara dan bisa makan makanan
lunak. Kemudian bayi tersebut dilepas di lingkungan dimana makanan harus
diusahakan sendiri, minuman harus diraih sendiri dan perlindungan pada tubuh
perlu dipenuhi. Bisakah bayi itu bertahan hidup lama tanpa ada yang merenggut
dan merawatnya di tempat yang cocok baginya?
Merawat sama pentingnya dengan menanam. Maka setelah menanam
hendaknya dilakukan pemeliharaan terhadap gulma, semak, alang - alang,
hama, kebakaran, tangan manusia dan gangguan lain agar ruang tumbuh tanaman
dapat berkembang dengan baik. Selain itu jangan biarkan tanaman kekurangan
gizi. Berilah kebutuhan pokoknya dengan menyiramnya dengan rutin, memberi pupuk
yang sesuai dan memberi perhatian dan doa pada bibit - bibit itu. Perawatan bibit
pohon bisa dilakukan sampai tanaman berumur 2 tahun. Umumnya pohon diatas
umur 2 tahun sudah bisa survival dan hidup mandiri dari alam,
namun tetap dijaga dari unsur perusak.
II. Memahami Bencana Alam
1 . Mendiskusikan Bencana Alam yang Terjadi di Jawa Barat
Kerentanan
Bencana Jawa Barat
Kondisi Jawa
Barat yang merupakan wilayah dengan kejadian bencana cukup besar, sudah tidak
dapat dipungkiri lagi, bahkan ada seloroh bahwa Jawa Barat merupakan provinsi
yang memiliki supermarket bencana, segala jenis bencana ada, mulai dari bencana
geologi, vulkanologi, klimatologi, lingkungan, dan lain sebagainya.
Kondisi ini membawa pada tingginya resiko bencana
yang terjadi di Jawa Barat.
Penting untuk mengubah paradigma penanggulangan bencana saat ini mengarah
pada mitigasi bukan pada tanggap darurat. Paradigma mitigasi bencana lebih
dititikberatkan pada pengurangan resiko bencana, dimana resiko bencana
merupakan resultan dari adanya bahaya dan kerentanan. Kerentanan
(Vulnerability) adalah rangkaian kondisi yang menentukan apakah bahaya
(bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan dapat menimbulkan
bencana (disaster) atau tidak. Tiga aspek kerentanan yang perlu diperhatikan
yaitu kerentanan fisik, kerentanan sosial dan kerentanan sikap/ motivasi.
Tinjauan mengenai kondisi kerentanan sangat diperlukan untuk dapat menentukan
upaya-upaya apa yang perlu dilakukan sehingga tingkat kerentanan bisa
dikurangi.
Kerentanan
Fisik
Penggunaan ruang Jawa Barat yang cenderung semakin intensif menjadi kawasan
terbangun dan kawasan budidaya menyebabkan kondisi fisik Jawa Barat semakin
rentan. Kita cermati peta rawan bencana yang ada, menunjukkan hampir
dua pertiga wilayah Jawa Barat merupakan lokasi yang terancam bahaya bencana.
Padahal Jawa Barat ditempati penduduk kurang lebih 44 juta jiwa (BPS, 2010),
dengan perkiraan jumlah penduduk yang menempati wilayah rawan bencana kurang
lebih 28 juta jiwa. Wilayah-wilayah kabupaten yang hampir seluruhnya berada
di wilayah rawan bencana terutama di wilayah Jawa Barat bagian Selatan dan
Tengah: Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Bogor, Kab. Bandung
dan Kuningan.
Selain kondisi fisik yang rentan, struktur bangunan rumah, gedung, maupun
infrastruktur juga memperparah keadaan, cenderung tidak tahan gempa dan tidak
tahan gerakan tanah, serta konstruksi tidak ramah banjir. Hal ini akan makin
meningkatkan kerentanan penduduk dalam menghadapi ancaman bahaya. Tidak
kurang berbagai pedoman teknis untuk membangun konstruksi yang tahan dan
ramah dari bencana telah tersedia, namun kenyataannya masyarakat tidak
membangun sesuai dengan pedoman yang ada. Peranan IMB yang dikeluarkan
Bupati/ Walikota setempat tidak efektif untuk pengendalian pemanfaatan ruang,
cenderung berorientasi untuk pendapatan asli daerah semata, serta kurang
berfungsinya pengawasan pembangunan menyebabkan masyarakat membangun tanpa
mengindahkan kaidah-kaidah keamanan bangunan. Idealnya pembangunan konstruksi
pada suatu wilayah disesuaikan dengan kondisi ancaman bahaya tertentu.
Selain itu, pemanfaatan ruang perkotaan di Jawa Barat kurang memperhitungkan
aspek kebencanaan. Pada satuan wilayah tingkat kelurahan misalkan, hampir
semua wilayah tertutup dengan bangunan, tidak menyisakan sedikitpun ruang
untuk air dapat meresap kedalam tanah. Bahkan gorong-gorong, brandgang, dan
saluran drainase pun di atasnya ditutupi dengan kios pedagang yang berjejer.
Makanya tidak aneh, kalau hal ini tidak diperbaiki, kedepan areal genangan
banjir akan semakin luas. Jalan raya akan beralihfungsi menjadi sungai di
musim hujan.
Di pedesaan sendiri, kerentanan bencana semakin meningkat dengan semakin
banyaknya bangunan yang menempati sempadan sungai, tebing-tebing dan
bukit-bukit terjal. Ada kecenderungan pindahnya lokasi kegiatan di wilayah
banjir ke wilayah yang semakin ke hulu. Tentunya hal ini akan semakin
memperparah kondisi di hulu, yang saat ini saja sudah makin parah.
Ditambah lagi dengan pola tanam yang tidak mengindahkan kaidah konservasi.
Kalau dulu, para petugas PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) mengarahkan
pola tanam dengan sengkedan-sengkedan. Sekarang jarang sekali kita lihat pola
tanam dengan sengkedan, bahkan tampaknya petugas PPL juga sudah jarang kita
lihat turun ke lapangan.
Kerentanan Sosial
Kerentanan juga dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi. Makin rendah sosial
ekonomi akan semakin tinggi kerentanan dalam menghadapi bencana. Bagi
masyarakat dengan ekonomi kuat, pada saat terkena bencana, dapat menolong
dirinya sendiri, misalkan dengan mengungsi di tempat penginapan atau di
tempat lainnya.
Kondisi kemiskinan di Jawa Barat menunjukkan bahwa 2,9 juta jiwa di
Jawa Barat masih berada di bawah garis kemiskinan (kategori sangat miskin,
miskin, hampir miskin, Depsos RI, 2008). Dan parahnya lagi, sebagian besar
mereka menempati wilayah-wilayah yang rawan bencana.
Bila kita lihat komposisi penduduk berdasar usia rentan (usia kurang dari 14
tahun dan lebih dari 70 tahun) pada tahun 2005 di Jawa Barat terdapat 31,99%
atau sekitar 1,2 juta jiwa, tentunya kelompok usia rentan
ini memerlukan penanganan khusus dan perlu prioritas dalam penanganan
bencana, terutama pada saat tanggap darurat.
Peta Kerentanan Jabar. Sumber:
RTRWP Jawa Barat,2009-2029u
Kerentanan
Sikap atau Motivasi
Aspek ketidaktahuan, tidak menyadari dan kurang percaya diri dalam menghadapi
bencana akan mempengaruhi tingkat kerentanan. Semakin dia sadar makin rendah
tingkat kerentanannya dalam menghadapi bencana. Seringkali masyarakat di
daerah bahaya, kurang menyadari bahwa dirinya berada di daerah bahaya.
Upaya Pencegahan dan Mitigasi Bencana
Berbagai upaya pencegahan dan mitigasi bencana perlu dilakukan yaitu melalui:
1. Mengurangi Kerentanan Fisik,
dapat dilakukan dengan: Pertama, Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan
berbagai peraturan tentang penataan ruang, IMB, dan berbagai izin lainnya.
Kedua, Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur evakuasi. Tentu
saja, sebelumnya perlu disusun suatu rencana ruang kota yang memperhatikan
aspek kebencanaan, sehingga ruang dan jalur evakuasi dapat terakomodasi dalam
rencana ruang kota. Ketiga, Pembuatan dan penempatan tanda peringatan bahaya
dan larangan di daerah bencana. Keempat, pembangungan struktur fisik untuk
mencegah bencana, dapat berupa tanggul, dam, bending atau struktur sipil
lainnya. Kelima, relokasi penduduk ke daerah aman. Permasalahannya seringkali
masyarakat setempat tidak menghendaki untuk berpindah ke lokasi lain.
2. Mengurangi Kerentanan Sosial,
dapat dilakukan melalui: Pertama, Pelatihan dasar kebencanaan bagi kelompok
usia rentan. Hal ini penting dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan
mental kelompok usia rentan dalam kondisi tanggap darurat. Kedua,
Pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup sehingga
mereka dapat mempersiapkan bangunan yang memang tahan terhadap berbagai
ancaman bahaya.
3. Mengurangi Kerentanan Sikap dapat dilakukan melalui:
Pertama, penyuluhan peningkatan kewaspadaan, dengan mengenali keberadaan
mereka di daerah bencana, mengenali tanda-tanda akan terjadi bencana. Kedua,
penciptaan dan penyebaran kearifan lokal. Di beberapa wilayah telah
memiliki kearifan lokal dengan mempelajari alam sekitar dan adat budaya dalam
mencegah bencana. Sebagai contoh pada daerah pasang surut pantai dari jaman
dahulu masyarakat pada wilayah tersebut sudah membangun rumah panggung.
Demikian juga pada daerah gempa, sudah membangunn rumah panggung dengan
konstruksi rumah tahan gempa. Hal ini dapat direplikasi dan diterapkan di
wilayah lain dengan karakteristik alam dan kondisi sosial ekonomi yang
mempunyai kemiripan.
Pencegahan dan Mitigasi Bencana harus dilakukan secara bersama-sama oleh
berbagai pihak, pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan dan masyarakat itu
sendiri. Begitu banyak aspek yang mempengaruhi kerentanan dalam menghadapi
bencana memerlukan usaha yang terus menerus dan saling bersinergi diantara
semua pihak. Mari kita budayakan sadar bencana sehingga kita bisa hidup akrab
dengan bencana.
Bencana
alam yang ada di jawa barat
Gempa bumi Jawa Barat 2010
Gempa bumi jawa barat terjadi di 147 kilometer
arah Tenggara Sukabumi, 149 kilometer arah Barat Daya Tasikmalaya, 150
kilometer arah Barat Daya Bandung, 160 kilometer arah Barat
Daya Ciamis, dan 231 kilometer arah Tenggara,
Jakarta pada 18 Mei 2010 pada
pukul 19.00.
Menurut
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyatakan gempa berpusat di
koordinat 8,22 Lintang Selatan (LS) dan 107,21 Bujur Timur (BT) di kedalaman
13 kilometer.Sementara menurut United States Geological Survey (USGS), pusat pemantau gempa Amerika Serikat, gempa di
wilayah Jawa Barat ini terjadi pukul 19.00 WIB dengan kedalaman 69,7
kilometer berkekuatan 5,4 SR. Lokasi gempa berada sekitar 115 kilometer arah
Tenggara dari Sukabumi.
Gempa
bumi juga terjadi di Ujung
Kulon pada 19 Mei 2010 dengan kekuatan 5,4 Skala Richter pada pukul 07.13. Pusat gempa di 36
kilometer barat laut Ujung Kulon, Banten. Berdasarkan informasi dari Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa berlokasi 6,78 Lintang
Selatan, 105,16 Bujur Timur dengan kedalaman 10 km dan tidak berpotensi
tsunami.
Untuk bencana gempa bumi, sekitar 42 juta
penduduk yang berada di Provinsi Jawa Barat terpapar risiko gempa. Risiko
dampak bencana di Jawa tergolong tinggi mengingat padatnya penduduk. Sutopo
menjelaskan hampir separuh penduduk yang ada di Indonesia bermukim di Jawa.
“Dari total 237,6 juta penduduk, 58 persen ada di Jawa,” ujar dia lagi.
Bencana Alam Tanah Longsor Jawa Barat
Dalam tahun 2005 terjadi
47 kali musibah tanah longsor atau gerakan tanah di Indonesia,
yangmengakibatkan 243 orang meninggal dunia. Dari kuantifikasi tersebut,
berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya
terdata 32 kasus dan 110 orangmeninggal dunia.Hal itu terungkap dari
pemaparan Kasubdit Mitigasi Bencana Geologi Direktorat Vulkanologidan
Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) Bandung Dr. Surono di Bandung, Kamis
(29/12).Surono menyampaikan refleksi dan laporan akhir tahun tentang
gejala geologi di tanah air.Dikatakan, 47 bencana alam tanah longsor
tersebut, yang paling banyak terjadi di Provinsi JawaBarat. "Hal ini
memang terkait dengan kondisi geologis dan geografis Jabar. Selama 2005,
diJabar terjadi 39 kali longsor atau gerakan tanah, yang mengakibatkan 205
orang meninggaldunia, 490 rumah mengalami kerusakan, 114 rumah hancur, dan
758 rumah terancam," ujar Surono.Penyebab tingginya musibah tanah
longsor di Jabar, menurutnya, terkait erat dengan kondisigeografis yang
rentan terjadi tanah longsor. "Hal itu diperparah dengan praktik atau
kebijakan pengubahan tata guna lahan, sehingga semakin meningkatkan
kerawanan terjadinya pergerakantanah," tegasnya.Di Provinsi Jabar, kata
Surono, musibah terbesar adalah longsoran gunungan sampah di
tempat pembuangan akhir (TPA) Leuwigajah. "Musibah itu
mengakibatkan 176 meninggal dunia dan48 rumah hancur," katanya.
2. Mengelompokan
jenis-jenis bencana alam
JENIS-JENIS
BENCANA ALAM
a. GUNUNG MELETUS
b.
GEMPA BUMI
c. TSUNAMI
d.
BANJIR
e.
ANGIN
TOPAN
f. DLL
Jika berdasarkan cakupan wilayah,
bencana terdiri dari :
·
Bencana Lokal
memberikan dampak pada wilayah
sekitarnya yang berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau
bangunan-bangunan disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat faktor manusia
seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan lainnya
·
Bencana regional
memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis
yang cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam, seperti badai,
banjir, letusan gunung, tornado dan lainnya.
Bencana alam dapat dibagi menjadi
beberapa kategori, yaitu bencana alam yang bersifat :
·
Bencana alam meteorologi
Bencana alam meteorologi atau
hidrometeorologi berhubungan dengan iklim.
Bencana ini umumnya tidak terjadi pada suatu tempat yang khusus,
walaupun ada daerah-daerah yang menderita banjir
musiman, kekeringan atau badai
tropis (siklon, hurikan, taifun)
dikenal terjadi pada daerah-daerah tertentu.[11]
Bencana alam bersifat meteorologis seperti banjir dan kekeringan merupakan
bencana alam yang paling banyak terjadi di seluruh dunia.[11]
Beberapa di antaranya hanya terjadi suatu wilayah dengan iklim tertentu.[11]
Misalnya hurikan terjadi hanya di Karibia, Amerika
Tengah dan Amerika
Selatan bagian utara.[4]
Kekhawatiran terbesar pada abad moderen adalah bencana yang disebabkan oleh pemanasan
global.
·
Bencana alam geologi
Bencana alam
geologi adalah bencana alam yang terjadi di permukaan bumi
seperti gempa bumi, tsunami, tanah
longsor dan gunung
meletus. Gempa bumi dan gunung meletus terjadi di hanya
sepanjang jalur-jalur pertemuan lempeng
tektonik di darat atau lantai samudera. Contoh bencana alam
geologi yang paling umum adalah gempa
bumi, tsunami dan gunung
meletus. Gempa bumi terjadi karena gerakan lempeng
tektonik. Gempa bumi pada lantai samudera dapat memicu gelombang
tsunami ke pesisir-pesisir yang jauh. Gelombang yang disebabkan oleh peristiwa
seismik memuncak pada ketinggian kurang dari 1 meter di laut lepas namun
bergerak dengan kecepatan ratusan kilometer per jam. Jadi saat mencapai perairan dangkal, tinggi
gelombang dapat melampaui 10 meter. Gunung
meletus diawali oleh suatu periode aktivitas vulkanis seperti hujan abu,
semburan gas beracun,
banjir lahar
dan muntahan batu-batuan.
Aliran lahar dapat berupa banjir lumpur atau kombinasi lumpur
dan debu
yang disebabkan mencairnya salju di puncak gunung, atau
dapat disebabkan hujan lebat dan akumulasi
material yang tidak stabil.
·
Wabah
Wabah atau epidemi adalah penyakit
menular yang menyebar melalui populasi manusia di dalam ruang
lingkup yang besar, misalnya antar negara atau seluruh dunia. Contoh wabah terburuk yang memakan korban
jiwa jumlah besar adalah pandemi flu, cacar
dan tuberkulosis.
·
Bencana alam dari ruang angkasa
Bencana dari ruang angkasa adalah datangnya
berbagai benda langit seperti asteroid
atau gangguan badai matahari.
Meskipun dampak langsung
asteroid yang berukuran kecil tidak berpengaruh besar, asteroid kecil
tersebut berjumlah sangat banyak sehingga berkemungkinan besar untuk menabrak
bumi.
Bencana ruang angkasa seperti asteroid dapat menjadi ancaman bagi
negara-negara dengan penduduk yang banyak seperti Cina, India, Amerika
Serikat, Jepang, dan Asia
Tenggara.
2. Menjelaskan Gejala-gejala
Terjadinya Bencana Alam
a.
GUNUNG MELETUS
Letusan gunung berapi terjadi apabila magma naik melintasi kerak bumi dan
muncul di atas permukaaan. Pada dasarnya, gunung berapi terbentuk saat
pertama kali magma terbentuk, sebuah gunung berapi akan terus meletus selama
masih banyak magma yang terkandung di dalamnya. Jarak antara satu letusan
dengan letusan yang lain membutuhkan waktu yang relatif lama.
b.
GEMPA BUMI
Gempa bumi yang dibedakan menurut penyebab kejadiannya memiliki sebab
masing-masing sesuai dengan nama dan jenis gempa tersebut.
1. Gempa Bumi Tektonik
Gempa disebabkan oleh adanya pergeseran kerak bumi. Gempa bumi tektonik
terjadi akibat pelepasan tenaga dari pergeseran lempeng-lempeng tektonik di
permukaan bumi. Lempeng tektonik adalah suatu bagian kerak bumi yang sangat
keras. Di bawahnya terdapat lapisan bumi yang lebih lunak sehingga
lempeng-lempeng ini seolah-olah terapung.
Beberapa ahli menyatakan bahwa lempeng-lempeng ini selalu bergerak menjauh,
bergesekan, atau bertabrakan satu sama lain. Menurut para ahli geologi,
Indonesia adalah gugusan pulau yang mengapung di kerak bumi yang dikepung
oleh lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik.
2. Gempa Bumi Vulkanik
Gempa ini disebabkan adanya aktivitas gunung berapi yang akan meletus. Gempa
bumi terjadi ketika gunung api akan meletus, pada saat letusan dan beberapa
waktu setelah letusan utama. Jadi, timbulnya gempa hanya ada di sekitar
gunung berapi.
3. Gempa Tanah Runtuh
Gempa tanah runtuh adalah gempa yang mengiringi bagian gua yang roboh,
misalnya gua kapur atau lorong-lorong pertambangan yang lapuk. Gempa ini
hanya terjadi di sekitar runtuhnya tanah tersebut.
c. TSUNAMI
Tsunami adalah serangkaian gelombang yang terbentuk karena gempa atau letusan
gunung berapi di bawah laut atau di daratan dekat pantai. Beberapa gelombang
tsunami biasanya cukup kecil, tetapi bisa menjadi sangat besar hingga
menyebabkan banjir dan kerusakan saat gelombang tersebut menghantam pantai.
Nama Tsunami diambil dari bahasa Jepang yang artinya gelombang pelabuhan.
Tsunami tercipta saat permukaan dasar laut bergerak naik turun di sepanjang
patahan selama gempa terjadi atau saat bagian gunung berapi yang meletus
runtuh ke dalam laut. Tsunami juga tercipta saat gempa atau letusan terjadi
di daratan dekat pantai.
Saat terjadi gelombang tsunami di laut lepas, gelombang ini tidak lebih besar
dari gelombang normal tetapi lebih cepat lajunya. Gelombang ini menyebar ke
segala arah dengan kecepatan yang menakjubkan sekitar 800 km/jam. Seperti
gelombang lainnya, ketika gelombang tsunami memasuki air dangkal, maka
kecepatannya akan menurun tetapi ketinggiannya bertambah tinggi.
Perlu diingat lagi, bahwa gelombang tsunami ini melintas dengan sangat cepat.
Ketika kecepatannya berkurang maka ketinggiannya naik secara dramatis hingga
dapat membentuk dinding air yang begitu tinggi dan menghantam pantai.
Beberapa gelombang tsunami dapat mencapai ketinggian 30 hingga 50 meter.
Ketinggian gelombang tsunami juga tergantung dari bentuk pantai dan kedalaman
pantai. Tetapi tidak perlu takut, tidak semua gempa dan letusan gunung berapi
menyebabkan tsunami dan tidak semua tsunami berupa gelombang raksasa.
d.
BANJIR
Banjir merupakan luapan air yang melebihi batas. Hal ini terjadi jika terjadi
hujan secara terus menerus tanpa berhenti dan dalam jangka waktu yang relatif
lama. Selain itu, penyebab terjadinya banjir juga karena ulah manusia
sendiri. Penebangan pohon-pohon di hutan secara liar, pembangunan vila-vila
di pegunungan atau membuang sampah di sungai dapat menimbulkan bencana
banjir.
Pohon-pohon sangat berguna untuk menahan air hujan agar tidak langsung ke
pemukiman. Akar-akar pohon akan menyerap air hujan sehingga air yang mengalir
ke daratan sedikit. Jika tidak ada pohon dihutan maka air hujan langsung
menuju ke pemukiman dalam jumlah besar sehingga air meluap.
Begitu pula ketika sungai penuh dengan sampah dan banyak pemukiman kumuh di
sekitarnya, maka sungai akan mengecil dan tidak mampu menampung debit air
yang banyak dari pegunungan sehingga air meluap di pemukiman penduduk.
e.
ANGIN TOPAN
Angin topan adalah udara yang bergerak dari tekanan udara maksimum ke tekanan
udara minimum. Penyebab terjadinya angin topan adalah karena adanya
pergerakan udara yang sangat kencang . Tiupan angin topan mampu merobohkan
berbagai bangunan dan merobohkan pohon.
Demikian penyebab terjadinya Gejala Bencana Alam. Penyebab bencana alam
terjadi karena ulah dan perbautan manusia yang mengabaikan aspek lingkungan.
Lambat laun dunia akan rusak tetapi kita dapat memperlambat kerusakan dunia
dengan selalu memperhatikan aspek lingkung dalam keseimbangan kehidupan
manusia.
Bila manusia tidak mengindahkan hal ini, maka terjadilah BENCANA ALAM.
|
|
|